Minggu, 26 April 2015

Tugas Analisis Manfaat TI BK



TUGAS ANALISI MENFAAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGN DAN KONSELING DI SEKOLAH

NAMA                        : SITI ZAKIYATUL FAJARIYAH
NIM                            : 140111600515
OFF                             : A
MATA KULIAH       : TEKNOLOGI INFORMASI BK

I.     HASIL WAWANCARA
Wawanacara yang dilakukan menggunakan tiga pertanyaan yaitu:
1.      Menurut ibu/bapak apa saja manfaat TI dalam menjalankan bimbingan dan konseling di sekolah ?
2.      Apa hambatan yang di jumpai saat penggunaan TI dalam bimbingan dan konseling di sekolah ?
3.      Apa cara yang dilakukan untuk menangani hambatan tersebut ?

a.       Narasumber 1
Nama                           : Sri Tarwiyati S. Pd
Konselor di sekolah    : SMA Negeri 1 Bangkalan
Hasil Wawancara        :
1)      Dapat memberikan informasi baru yang berkaitan dengan masalah kekinian. Dalam hal ini TI dapat digunakan oleh guru BK untuk mengupdate informasi baru dalam ilmu pendidikan khususnya dalam Bimbingn dan Konseling. Sebagai contoh informasi online pembukaan pendaftaran Perguruan Tinggi, ini berfungsi membantu dalam pemberian layanan karir bagi para sisiwa. Selain hal tersebut manfaat lainnya adalah TI dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan materi layanan. Hal ini sehubungan dengan perangkat untuk menyimpanan data para sisiwa. 
2)      Hamabatan yang ditemui saat penggunaan TI dalam BK di sekolah ialah tidak semua guru BK menggunakan TI denagn alasan usia dan kurang kepedulian akan perkembangan IPTEK. Banyak guru Bk yang merasa jika TI itu sulit untuk dipelajari dan menjadikan faktor usia sebagai alasan mereka. Tentu ini dapat menghambat pemberian layanan BK pada para siswa.
3)      Hal yang dilakukan untuk menanggulangnya ialah guru BK harus lebih produktif dengan selalu menagasah kemampuan TI mereka, adanya kemauan yang besar dari guru Bk tersebut untuk mempelajari TI, sekolah harus menyediakan fasilitas berupa komputer dsb, dan guru BK diikutkan pelatiha TI guna sebagi pengajaran TI bagi guru BK.

b.      Narausmber 2
Nama                           : Dra. Mientasih
Konselor di sekolah    : SMP Negeri 1 Surabaya
Hasil wawancara         :
1)      Manfaat penggunaan TI dalam BK yang sangat terasa ialah dapat dijadikan alat penyimpanan data para siswa, agar tidak hilang dan terjaga kerahasiaanya.
2)      Hambatannya ialah ketika komputer rusak maka banyak data yang tidak dapat diselamatkan. Masalah lain yang perlu di perhatikan, banyak guru BK yang kurang memahami penggunaan TI yang menyebabkan kurang updatenya informasi yang diberikan saat pemberian layanan BK di sekolah.  
3)      Untuk menangani masalah tersebut ialah dibuatnya backup penyimpanan adta siswa sehingga jika terjadi kerusakan komputer BK masih memiliki file yang lain. Dan perlunya mengadakan wokeshop pengajaran guru BK terhadap TI.

c.       Narasumber 3
Nama                           : Intan Wijaya K S.Pd
Konselor di sekolah    : SMA Negeri 1 Pamekasan
Hasil wawancara         :
1)      Adanya TI bagi Bk di sekolah sangatlah penting, karena banyak sekali program BK yang ditunjang dengan adanya TI tersebut. mulai dari pengelolaan assesment pada angket, pembuatan program bimbingan dan konseling di sekolah, peta siswa, sampai pada analisis program BK, dan juga memudahkan kinerja BK di sekolah. 
2)      Hambatan yang terjadi ialah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang menguasai TI tersebut dalam melaksanakan layanan-layanan BK di sekolah.
3)      Adapun hal yang di lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut salah satunya ialah memberikan pengajaran TI pada guru BK di sekolah seperti wokeshop dsb. Agar guru yang awalnya tidak tahu menggunakan TI menjadi tahu dan guru yang telah tahu menjadi mahir dalam pengelolaan TI dalam BK di sekolah. 

II.                FENOMENA TERKAIT DENGAN TOPIK
FENOMENA 1
Friday Kliwon, 22 June 2007 — Kegiatan, Konseling, Pendidikan
Pada hari Kamis tanggal 21 Juni 2007 Drs. Darno, MA. selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta didampingi Ketua STIM YKPN Yogyakarta membuka secara resmi Workshop ICT Guru Pembimbing SMA, MAN, SMP dan MTs se-Kota Yogyakarta. Hal ini perlu dilakukan seiring dengan digulirkan Undang-Undang Guru pada bulan Desember tahun 2005, tuntutan profesional guru pembimbing semakin diuji untuk memberikan pelayanan yang profesional. Kenyataannya di lapangan, para guru pembimbing sering disalah-tafsirkan sebagai guru yang hanya bertugas menangani siswa bermasalah saja. Pada sisi yang lain Guru Pembimbing justru pasif dengan tidak memberikan layanan kepada semua siswa yang hal ini justru menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Workshop ICT Guru Pembimbing 2007
Fenomena dilapangan kemajuan teknologi telekomunikasi, media dan informatika serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global mengubah pola dan cara berkegiatan institusi masyarakat, industri maupun pemerintah. Perkembangan TIK memberikan kesempatan yang lebih luas kepada dunia pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan memanfaatkan TIK proses belajar dapat lebih menyenangkan dan pemahaman menjadi lebih mudah. Dengan dukungan TIK, khususnya melalui jaringan internet, sumber bahan belajar siswa dan ketersediaan informasi tidak terbatas pada guru pembimbing maupun buku pelajaran di kelas
Dengan demikian menunjukkan bahwa guru pembimbing tidak hanya memberikan layanan tetapi juga dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pengembangan profesinya dengan pembuatan bahan ajar dalam bentuk layanan dan penulisan karya ilmiah. Hal ini merupakan wahana untuk mengembangkan minat peneltian guru pembimbing sehingga terwujud sosok guru yang berkompeten dalam memberikan layanan sekaligus memiliki wawasan peneltian ilmiah yang memadai.
Adapun tujuan dari workshop ini adalah; Setelah mengikuti workshop tentang pembuatan bahan ajar (bimbingan) yang berbasis ICT yang nantinya bahan tersebut akan di-upload ke pembelajaran e-learning, peserta workshop diharapkan akan dapat menerapkan berbagai konsep, teori dan praktik dalam pembuatan bahan ajar yang menarik bagi siswa serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang PAKEM. Disamping itu guru pembimbing diharapkan mampu untuk menggali data dan informasi sebagai sumber memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan proses pelaksanaan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)/ICT (Informatics and Communication Technology)
Sedangkan Materi yang diberikan dalam workshop adalah Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Jogjakarta tentang Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam KTSP, Teknik Pembuatan dan Pengembangan Bahan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Yang berbasis ICT, Praktek Pembuatan dan Pengembangan Bahan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Yang berbasis ICT terintegrasi dengan Internet dan pengenalan E-Learning, Reposisi dan Reformasi Bimbingan dan Konseling Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kedudukan Bimbingan dan Konseling Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Implementasi dan Supervisi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Adapun Pemberi Materi adalah Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota, Universitas Negeri Yogyakarta Pengajar dari LPMP Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pengurus MGP Kota Yogyakarta. Acara ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 21 s.d 23 Juni 2007
FENOMENA 2

Apresia terhadap BK di sekolah masih rendah (Oleh: Daspen Haryadi)

Mendengar istilah bimbingan dan konseling (BK) tersirat kesan bahwa individu yang berurusan dengan petugas tersebut sedang bermasalah. Anggapan seperti ini tentu ada benarnya. Namun, persoalannya menjadi lain, tatkala individu yang bermasalah ditujukn kepada orang-orang tertentu.
Kenyataan ini dengan mudah dapat dilihat di sekolah-sekolah. Umumnya, siswa yang berhubungan dengan guru BK adalah mereka yang dikategorikan nakal. Istilah nakal biasanya diidentifikasikan dengan perilaku siswa yang sering bolos, terlibat tawuran, perkalhian, terlambat, dan lain-lain. Singkatnya, seswa berhubungan degnan guru BK adlah, mereka yang sudah tercatat dalam “buku hitam” sekolah.
Jarang sekali (untuk tidak menyebut tidak ada), siswa yang pintar, rajin, dan berkelakuan baik berhubungan dengan guru BK. Dengan kata lain, guru BK hanya meiliknya siswa –siswa yang terhitung bandel. Karenanya, sangat beralasan bila kemudian guru BK diidentikkan sebagai “polisinya sekolah”.
Pemahaman dan pelaksanaan BK seperti ini tentu tidak dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah. Melainkan sebaliknya, merintis masalah baru. Masalah pertama, benarkah siswa yang pintar, rajin, dan berkelakukan baik tidak butuh Guru BK: kedua, Guru BK yang memposisikan diri sebagai polisi sekolah tidak singkron dengan manhaj (metode) yang diturnkan konsep BK.
Pendapat dan/atau pelaksanaan BK di sekolah-sekolah yang hanya untuk siswa yang masuk kategori nakal, jelas tidak dapat dibenarkan. Karena, pada hakikatnya, BK ditujukan untuk semua siswa. Bukan siswa-siswa tertentu. Hanya saja, model BK yang mereka perlukan dapat saja brbeda. BK untuk siswa pintar, tentu beda dengan model BK untuk siswa yang berkemampuan akademik rata-rata, dan di bawah rata-rata. Seswa yang sering terlibat tawuran, tentu butuh model BK yang lain dengan BK yang diperlukan tuk siswa yang pintar. Begitu pula seterusnya, semua siswa membutuhkan BK.
Dalam pelaksanaannya, guru BK yang bertindak sebagai polisi sekolah, jelas tidak menguntungkan bagi pelaksanaan BK itu sendiri. Karena, BK akan berjalan efektif dan dapat mencapai tujuan, bila Guru BK sudah menjadi pengayom atau tempat curhat para siswa. Bukan untuk membentak-bentak siswa atau menakut-nakuti siswa. Bila guru BK memposisikan diri sebagai polisi sekolah, masalah yang dihadapi siswa akan sulit dipahami. Apalagi mencarikan solusinya, atau bisa jadi solusi yang diberikan tidak tepat dan menjadi masalah baru. Karenanya, tidak semua guru bisa menjadi guru BK.
Gambaran umum salah kiprahnya pelaksanaan BK di sekolah – sekolah saat ini butuh perhatian khusu kita bersama. Sedangkan, untuk tempat lain seprti perusahaan, perkantorn, instansi dan lainnya, pelaksanaan BK nyaris tidak terlihat. Artinya, kalaupun ada tidak akan lebih baik dari pelaksanaan BK di sekolah-sekolah. Padahal, BK tidak mengenal batas ruang. Hampir seluruh dimensi hidup manusia memerlukan BK.
Fenomena ini jelas tidak wajar. Terbaikannya BK telah menjadikan seseorang tidak dapat mengekspolarasi dan mengktualisasikan potensi diri secara maksimal, karenanya, sudah selayaknya menempatkan kembali BK pada posisi urgen dalam hidup kita.
Buku Landasan Bimbingan dan Konseling ini, adalah dalam rangka sumbangsih pemikiran me-reposisi pelaksanaan BK hari ini. Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, memulai uraian dengan Konsep Dasar bimbingan dan konseling (Bab I). Kemudian secara urut diulas landasan bimbingan dan konseling; mulai dari landasan Historis, Landasan Filosofis, Landasan Sosial Budaya, Landasan Religius, dan diakhiri dengan Landasan Psikologis (Bab VI).
Otoritas penulisnya di bidang BK, menjadikan buku ini tidak diragukan lagi untuk diambil sebagai salah satu rujukan penting, terutama oleh guru-guru BK di sekolah-sekolah yang sudah beranjak keluar dari paradigma BK. Buku ini juga cocok untuk khalayk umum, utamanya mereka yang memperhatikan kedudukan BK bagi diriny. Kelangkaan buku BK dalam Bahasa Indonesia yang ditulis orang Indonesia sendiri, juga menjadi nilai lebihnya untuk diapresiasi. Wallahu’alam

III.             PENDAPAT PENULIS
Kemajuan zaman adalah hal yang tidak dapat dipungkiri lagi di seluruh segi kehidupan, terlebih dalam segi pendidikan. Semua aspek kehidupan dengan sendirinya akan menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Kemajuan zaman yang dirasakan semakin maju ini perlu sikap penyesuaian yang lahir dari setiap diri masyarakat sebagai subjek di era globalisasi. Ini membuktikan perluanya menjadi individu yang siap untuk menerima kemajuan zaman yang semakin hari semakin mendarah daging di lingkungan kita.
Dalam era informasi ini kecanggihan teknologi dan informasi adalah dampak yang dapatkita lihat dengan nyata. Terbukti dengan adanya teknolo informasi mudahnya melakuakn kontak sosial satu dengan yang lain. Selain itu teknologi informasi juga membantu kita untuk mudah dalam melakukan berbagai hal di dalam hidup. Oleh karena itu pencapaian teknologi informasi adalah hal yang wajib untuk dicapai dan dikuasi bagi seorang individu bahkan dengan sendirinya juga akan menjadi tuntutan masyarakat.
Di dunia pendidikan teknologi informasi (IT) sanagt memebantu dalam menjalankan semua program pendidikanterlebih yang berhubungan dengan adat siswa yang dikelola oleh sekolah. Hal ini sama dengan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang merupakan slaah satu komponen dari pendidikan yang juga menggunakan teknologi informasi tersebut. IT bagi guru BK banayak memberikan bantuan untuk menjalankan program-program di sekolah, diantaranya sebagai berikut.
a.       IT memudahkan guru Bk dalam menyimpan data-data siswa yang sedang dikelola oleh BK untuk memberikan layanan-layanan bagi setiap siswa.
b.      IT juga memeberikan keamanan yang menjamin dalam penyimpanannya. Karena terdapat password untuk mengunci data yang ingin dijaga kerahasiaanya.
c.       Dalam menjalankan layanan teknologi berperan penting karena memudahkan guru BK dalam pembuatan material-materil penunjang layanan seperti mencatak hal-hal yang diperlukan brosure dsb.
d.      Dengan penyimpan data di komputer, laptop dll. Meminimalisir ruang penyimpanan yang biasa diletakkan dalam map atau berkas namun dengan adanya IT dapat di simpan dalam file atau flashdisk.
Oleh karena itu, penggunaan dan pemanfaatan IT dalam BK di sekolah merupakan hal yang sangat membantu dalam pemberian layanan BK di sekolah. Namun dalam kenyataannya belum berjalan sedemikian rupa. Karena masih banyak guru BK yang rendah dalam menggunakan IT di sekolah. hal itu disebabkan oleh banyak faktor seperti usia yang dirasa telat untuk memperdalam ilmu IT, tidak adanya semangat yang lahir dari dalam diri guru BK tersebut, dan penyediaan fasilitas yang kurang memadai.
Dalam hal ini sekolah memiliki peran penting. Sekolah selain bertugas menyediakan fasilitas IT yang dibutuhkan di ruang BK. Sekolah juga harus mengikut sertakan guru BK dalam pelatihan-pelatiha IT demi memberantas rendahnya pengetahuan guru BK terhadap penggunaan IT. Dengan kata lain harus ada kerja sama antara semua pihak di sekolah baik kepala sekolah sebagai atasan dan guru BK sebagai subjek pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar